Keajaiban Rancangan pada Kemampuan Terbang Serangga
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang
Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi.
Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat al Hasyr: 24)
|
Jika masalah penerbangan direnungkan,
burung segera terlintas dalam pikiran. Namun, burung bukanlah satu-satunya
makhluk yang dapat terbang. Beberapa jenis serangga juga dilengkapi dengan
kemampuan terbang yang melebihi kemampuan burung. Kupu-kupu Raja dapat terbang
dari Amerika Utara hingga ke pedalaman Benua Amerika. Lalat dan capung bahkan
dapat tetap diam di udara.
Para evolusionis menyatakan bahwa serangga
mulai terbang sejak 300 juta tahun yang lalu. Meski demikian, mereka tidak
mampu memberikan jawaban tuntas terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar
seperti: bagaimana caranya serangga pertama membentuk sayap-sayapnya, memulai
terbang, dan bisa diam di udara?
Evolusionis hanya menyatakan bahwa beberapa
lapis kulit tubuhnya mungkin telah berubah menjadi sayap. Sadar akan tidak
meyakinkannya pernyataan mereka, mereka juga menyatakan bahwa contoh
bentuk-bentuk fosil yang menguatkan penilaian ini tidak tersedia lagi.
Padahal, rancangan sempurna pada sayap
serangga tidak meninggalkan ruang bagi kejadian kebetulan. Dalam artikel
berjudul "The Mechanical Design of Insect Wings (Rancang Gerak Sayap
Serangga)," Ahli biologi Inggris Robin Wootton menulis:
Makin baik kita memahami guna sayap-sayap serangga,
makin canggih dan indah rancangannya terlihat… Bentuk-bentuknya umumnya
dirancang dengan cacat sekecil mungkin; cara kerjanya dirancang untuk
menggerakkan bagian-bagian rancangannya dengan cara yang terencana. Sayap-sayap
serangga menggabungkan kedua hal ini menjadi satu, dengan menggunakan
bagian-bagian rancangan dari beragam bahan lentur, yang terangkai secara
sempurna untuk memungkinkan perubahan bentuk dalam menanggapi kekuatan yang
tepat dan untuk menghasilkan pemanfaatan udara sebaik mungkin. Mereka malah
sudah lebih dahulu mempunyainya, jika memang ada kesesuaiannya dengan
teknologi.4
Di sisi lain, tak ada satu bukti fosil pun
untuk khayalan evolusi serangga. Inilah yang disebutkan oleh pakar ilmu hewan
Prancis yang terkenal Pierre Paul Grassé ketika beliau menyatakan, "Kita
berada dalam kegelapan ketika membahas asal mula serangga."5 Sekarang mari kita teliti beberapa keistimewaan
yang menarik dari makhluk-makhluk ini yang meninggalkan para evolusionis di
dalam gelap gulita.
Sayap capung tidak dapat dilipat pada
tubuhnya. Selain itu, cara otot terbang digunakan ketika sayap bergerak,
berbeda dengan kebanyakan serangga lainnya. Karena sifat ini, para evolusionis
menyatakan bahwa capung adalah "serangga terbelakang."
Padahal sebaliknya, sistem terbang makhluk
yang disebut "serangga terbelakang" ini tidak lain adalah keajaiban
perancangan. Pembuat helikopter terbaik dunia, Sikorsky, menuntaskan
perancangan satu dari helikopter mereka dengan menjadikan capung sebagai model.6 IBM, mitra Sikorsky dalam proyek ini memulai
dengan menempatkan suatu model capung ke dalam komputer (IBM 3081). Dua ribu
jenis penggambaran khusus dilakukan di komputer dalam hal manuver (gerakan
jungkir balik) capung di udara. Jadi, model helikopter Sikorsky yang ditujukan
untuk pengangkutan tentara dan persenjataan telah dibuat berdasarkan contoh
yang berasal dari capung.
Gilles Martin, seorang fotografer alam,
telah melakukan pengamatan 2 tahun untuk meneliti capung, dan dia juga
menyimpulkan bahwa makhluk ini memiliki cara terbang yang sangat rumit.
Helikopter Sikorsky dirancang dengan meniru rancangan sempurna dan kemampuan manuver dari seekor capung. |
Tubuh capung menyerupai bentuk pilin yang
terbungkus logam. Dua sayapnya saling silang pada badannya yang menampakkan
bias warna dari biru muda hingga merah marun. Karena bentuk begini, capung
dilengkapi dengan kemampuan manuver yang luar biasa. Tak peduli pada kecepatan
atau arah bagaimana pun ia telah bergerak, capung dapat mendadak berhenti dan
mulai terbang kembali dengan arah berlawanan. Atau, capung dapat tetap diam di
udara untuk berburu. Pada kedudukan seperti itu, ia dapat bergerak dengan
sangat cepat menuju mangsanya. Ia dapat mempercepat gerakannya hingga kecepatan
yang sangat mengejutkan untuk seekor serangga: 25 mil per jam (40
kilometer/jam), yang dapat disejajarkan dengan seorang atlet lari 100 meter di
Olimpiade dengan kecepatan 24,4 mil per jam (39 kilometer/jam).
Pada kecepatan ini, capung bertabrakan
dengan mangsanya. Guncangan tabrakan ini sangat kuat. Namun, ketahanan capung
sangat lentur sekaligus tahan terhadap benturan. Bentuk yang lentur dari
tubuhnya meredam guncangan benturan. Sebaliknya, hal yang sama tidak akan
terjadi pada mangsanya. Mangsa capung akan kehilangan kesadaran atau bahkan
mati karena benturan itu.
Menyusul benturan ini, kaki belakang
capung berperan sebagai senjatanya yang paling mematikan. Kaki menjulur ke
depan dan menangkap mangsa yang kaget, kemudian dengan tangkas dicabik-cabik
dan dimakan dengan rahangnya yang kuat.
Penglihatan capung sama mengesankannya
dengan kemampuannya menunjukkan manuver mendadak pada kecepatan tinggi. Mata
capung diakui sebagai contoh terbaik di antara semua serangga. Capung memiliki
sepasang mata, tiap matanya memiliki sekitar 30 ribu lensa berbeda. Dua mata
nyaris bulat, masing-masing hampir separuh ukuran kepalanya, memberi serangga
ini wilayah pandang yang sangat luas. Karena mata-mata ini, capung hampir
selalu dapat mengetahui keadaan di belakangnya.
Karena itu, capung merupakan gabungan
sistem-sistem, yang masing-masingnya memiliki bentuk tersendiri dan sempurna.
Tidak berjalannya salah satu saja dari sistem-sistem ini akan merusak sistem
yang lainnya juga. Walaupun begitu, seluruh sistem ini diciptakan tanpa cacat,
sehingga makhluk ini tetap bertahan.
Sayap Capung
Bagian tubuh yang paling penting dari
capung adalah sayapnya. Akan tetapi, tidaklah mungkin menggunakan model evolusi
perkembangan untuk menjelaskan cara terbang yang memungkinkan penggunaan sayap
ini. Pertama, teori evolusi tidak punya penjelasan tentang masalah asal mula
sayap, karena sayap hanya dapat bekerja jika berkembang bersama sekaligus agar
dapat bekerja dengan benar.
Zat kitin yang menyelubungi tubuh serangga cukup kuat bertindak sebagai rangka, yang pada serangga ini, terbentuk dengan warna yang amat menarik perhatian. |
Mari kita menganggap, untuk sementara,
bahwa gen seekor serangga di tanah mengalami mutasi dan beberapa bagian dari
jaringan kulit pada tubuhnya menunjukkan perubahan yang tidak pasti. Sangat
tidak masuk akal bila menganggap bahwa mutasi lainnya di puncak perubahan ini
bisa "secara kebetulan" menjadi sayap. Lebih dari itu, mutasi pada
tubuhnya pun tidak akan menghasilkan sayap secara utuh bagi serangga ini atau
pun menjadikannya lebih sempurna, malah akan menurunkan daya geraknya.
Akibatnya, serangga perlu membawa beban lebih berat, yang tidak memberikan
tujuan apa pun yang jelas. Ini akan membuat serangga ini berada pada keadaan
yang tidak menguntungkan di hadapan musuhnya. Bahkan, menurut dasar teori
evolusi, seleksi alam akan menimpa serangga cacat tersebut dan keturunannya pun
punah.
Padahal, mutasi sangat jarang terjadi.
Mutasi selalu merugikan makhluk hidup, mengakibatkan penyakit mematikan dalam
banyak kejadian. Itulah mengapa mustahil suatu mutasi kecil dapat menyebabkan
beberapa pembentukan pada tubuh capung untuk berevolusi menjadi suatu gerakan
terbang. Setelah semua ini, mari kita tanyakan pada diri sendiri: meskipun kita
beranggapan, jika hal-hal lain tak berpengaruh, bahwa jalan cerita yang
ditawarkan para evolusionis mungkin saja terjadi, mengapa fosil-fosil
"capung terbelakang" yang mendukung jalan cerita ini tidak ada?
Tidak ada perbedaan antara fosil capung
tertua dengan capung di masa sekarang. Tidak ditemukan sisa-sisa "separuh
capung" atau seekor "capung dengan sayap yang baru muncul" yang
mendahului fosil tertua tersebut.
Layaknya bentuk kehidupan lainnya, capung
juga muncul sekaligus dan tidak mengalami perubahan hingga saat ini. Dengan
kata lain, capung memang diciptakan oleh Allah dan tidak pernah
"berevolusi."
Kerangka serangga terbentuk dari zat yang
kokoh dan melindunginya, yang disebut kitin. Zat ini diciptakan dengan kekuatan
yang cukup untuk membentuk rangka luar. Bahan ini juga cukup lentur untuk
digerakkan oleh otot-otot yang digunakan untuk terbang. Sayap-sayap tersebut
dapat bergerak maju mundur atau pun atas bawah. Gerak sayap ini didukung oleh
suatu bentuk persendian yang rumit. Capung memiliki dua pasang sayap, sepasang
di bagian depan pasangan lainnya. Sayap-sayap tersebut bergerak secara
berlawanan, yakni, ketika dua sayap di depan terangkat, maka kedua sayap
belakangnya bergerak turun. Dua kelompok otot yang berlawanan menggerakkan
sayap-sayap tersebut. Otot-otot tersebut terikat pada tuas di dalam tubuh.
Ketika satu kelompok otot menarik sepasang sayap dengan mengerut, kelompok otot
yang lain membuka sepasang sayap lainnya dengan serta merta. Helikopter naik
dan turun dengan cara yang serupa. Hal ini memungkinkan capung untuk diam di
udara, bergerak mundur atau seketika mengubah arah.
Perubahan Bentuk (Metamorfosis) Capung
Capung betina tidak akan kawin lagi
setelah pembuahan. Namun, hal ini bukanlah masalah bagi jenis jantan Calopteryx
virgo. Dengan menggunakan kait pada ekornya, capung jantan menangkap betinanya
di lehernya (1). Sang betina melilitkan kakinya di sekitar ekor capung jantan.
Pejantan dengan menggunakan sambungan khusus di ekornya (2), membersihkan mani
yang mungkin tertinggal dari pejantan lain. Kemudian, dia memasukkan maninya ke
dalam rongga kelamin sang betina. Karena peristiwa ini memakan waktu
berjam-jam, mereka kadangkala terbang dalam posisi berhimpitan. Capung
meninggalkan telur dewasa di kedangkalan danau atau kolam (3). Begitu kepompong
menetas dari telur, kepompong tinggal di dalam air selama tiga sampai empat
tahun (4). Selama masa tersebut, kepompong juga makan di dalam air (5). Karena
itu, ia diciptakan dengan tubuh yang mampu berenang cepat untuk dapat menangkap
ikan dan menjepitnya dengan cukup kuat untuk mencabik-cabik mangsanya. Dengan
tumbuhnya kepompong, kulit yang membungkus tubuhnya menguat. Ia melepaskan
kulit tersebut dalam empat masa yang berbeda. Ketika sampai pada perubahan
terakhir, ia meninggalkan air dan mulai mendaki tumbuhan tinggi atau batu (6).
Ia mendaki hingga kakinya terpancang kokoh. Kemudian, ia melindungi dirinya
sendiri dengan bantuan penjepit di ujung kaki-kakinya. Sekali terpeleset dan
terjatuh berarti kematian pada saat itu.
Tahap terakhir berbeda dengan empat tahap
sebelumnya, inilah masa ketika Allah membentuk capung menjadi makhluk yang
dapat terbang melalui peralihan yang mengagumkan.
Punggung kepompong pertama-tama terbelah
(7). Belahan itu melebar dan menjadi celah terbuka, tempat makhluk baru yang
sangat berbeda dari bentuk sebelumnya, berjuang untuk keluar. Tubuh yang sangat
rentan ini dilindungi dengan ikatan yang ditarik dari makhluk sebelumnya (8)
Ikatan ini diciptakan mempunyai kebeningan dan kelenturan yang sempurna. Jika
tidak demikian ikatan akan putus dan tidak bisa dibawa, yang bisa berarti bahwa
ulat tersebut dapat terjatuh ke dalam air dan mati.
Di samping itu, terdapat serangkaian cara
khusus yang membantu capung memecahkan kulit kepompongnya. Tubuh capung
menyusut dan mengeriput di dalam tubuh lamanya. Untuk "membuka"
kepompong tersebut, suatu sistem pompa dan cairan tubuh khusus diciptakan untuk
digunakan pada proses ini. Bagian tubuh yang mengeriput ini menggembung dengan
memompakan cairan tubuhnya setelah berhasil keluar dari celah kepompong (9).
Sementara itu, larutan-larutan kimiawi mulai memutus ikatan antara kaki baru
dengan kaki lama tanpa merusaknya. Proses ini sangat sempurna meskipun akan
menimbulkan kerusakan seandainya satu kaki terjebak. Kaki-kaki tersebut
dibiarkan mengering dan mengeras selama sekitar dua puluh menit sebelum
digunakan.
Sayap-sayapnya sudah terbentuk sempurna
namun masih dalam keadaan terlipat. Cairan tubuh dipompakan dengan pengerutan
tubuh yang kuat ke dalam jaringan sayap (10). Sayap tersebut mengering setelah
meregang (11).
Setelah capung meninggalkan tubuh lamanya
dan mengering dengan sempurna, capung mencoba seluruh kaki dan sayapnya.
Kaki-kaki dilipat dan diregangkan satu demi satu dan sayapnya dinaik-turunkan.
Akhirnya, serangga ini mencapai bentuk
yang dirancang untuk terbang. Sangatlah sulit bagi siapa pun untuk mempercayai
bahwa makhluk yang terbang sempurna ini sama dengan makhluk yang menyerupai
ulat yang meninggalkan air (12). Capung memompakan kelebihan cairan keluar,
untuk menyeimbangkan sistemnya. Metamorfosis selesai dan sang capung siap
mengudara.
Kita menyaksikan kemustahilan pernyataan
teori evolusi kembali ketika kita mencoba dengan menggunakan akal untuk
menemukan asal mula peralihan yang menakjubkan ini. Teori evolusi menyatakan
bahwa semua makhluk muncul melalui perubahan acak. Padahal, metamorfosis capung
merupakan suatu proses yang sangat rumit dan tidak memberi celah bahkan untuk
satu kesalahan kecil pun pada tiap-tiap tahap yang dilaluinya. Rintangan
terkecil dalam setiap tahap ini akan mengakibatkan metamorfosis tidak sempurna
yang mengakibatkan luka atau kematian capung. Metamorfosis benar-benar
merupakan daur hidup dengan "kerumitan yang tak tersederhanakan"
sehingga menjadi bukti perancangan yang nyata.
Pendeknya, metamorfosis capung merupakan
satu dari sekian banyak bukti nyata mengenai betapa sempurnanya Allah
menciptakan makhluk hidup. Seni mengagumkan dari Allah terwujud dengan
sendirinya bahkan dalam seekor serangga.
Gerak Terbang
Sayap lalat bergetar menurut sinyal
listrik yang dihantarkan oleh saraf. Contohnya, pada belalang setiap satu
sinyal saraf menghasilkan satu pengerutan otot yang akibatnya menggerakkan
sayap. Dua kelompok otot yang berlawanan, yang dikenal sebagai
"pengangkat" dan "peredam" menjadikan sayap bergerak naik
dan turun dengan menarik dalam arah yang berlawanan.
Jangkrik mengepakkan sayapnya dua belas
hingga lima belas kali per detik, namun serangga yang lebih kecil perlu jumlah
kepakan yang lebih tinggi agar dapat terbang. Contohnya, jika lebah madu, tawon
dan lalat mengepakkan sayapnya 200 hingga 400 kali per detik, jumlah ini
meningkat hingga 1000 kali pada ngengat dan beberapa parasit sepanjang 1
milimeter.7 Bukti lain yang jelas tentang penciptaan yang
sempurna adalah bahwa makhluk terbang sepanjang 1 milimeter mampu mengepakkan
sayapnya dengan jumlah yang luar biasa mencapai seribu kali per detik tanpa
membakar, mengoyak, atau pun melelahkan serangga itu.
Jika kita teliti makhluk terbang ini lebih
dekat lagi, kekaguman kita akan rancangannya pun bertambah.
Telah disebutkan bahwa sayap mereka
digerakkan dengan perantaraan sinyal listrik yang dikirimkan melalui saraf.
Akan tetapi, suatu sel saraf hanya mampu menghantarkan sebanyak-banyaknya 200
sinyal per detik. Lalu, bagaimana mungkin serangga terbang kecil ini mencapai
1000 kepakan sayap per detik?
Lalat yang mengepakkan sayapnya 200 kali
per detik memiliki hubungan saraf-otot yang berbeda dengan yang terdapat pada
belalang. Terdapat satu sinyal yang dialirkan untuk setiap 10 kepakan sayap. Di
samping itu, otot yang dikenal sebagai otot serat bekerja dengan pola yang
berbeda dengan otot-otot belalang. Sinyal saraf hanya memerintahkan otot
bersiap untuk terbang dan, ketika otot mencapai tingkat tegangan tertentu, otot
pun mengendur dengan sendirinya.
Terdapat suatu sistem pada lalat, lebah
madu, dan tawon yang mengubah kepak sayap menjadi gerakan "otomatis."
Otot-otot yang memungkinkan penerbangan pada serangga-serangga ini tidak
terikat langsung pada tulang-tulang tubuh. Sayap menempel ke dada dengan
persendian yang berguna sebagai poros. Otot yang menggerakkan sayap dihubungkan
dengan permukaan bawah dan atas dada. Ketika otot-otot tersebut mengerut, dada
bergerak dalam arah berlawanan, yang pada gilirannya menimbulkan tarikan ke
bawah.
Mengendurkan sekelompok otot secara
otomatis menghasilkan pengerutan kelompok yang berlawanan yang diikuti dengan
pengenduran. Dengan kata lain, hal ini merupakan suatu "sistem
otomatis." Dengan cara ini, gerakan otot berlanjut tanpa henti hingga
sinyal pemberitahuan berlawanan dikirimkan melalui saraf yang mengendalikan
sistem tersebut.8
Cara terbang seperti itu dapat
dibandingkan dengan sebuah jam yang bekerja berdasarkan pegas melingkar. Bagian
ini ditempatkan dengan tepat sehingga satu gerakan tunggal saja dengan mudah
menggerakkan sayap. Mustahil kita tidak melihat rancangan yang sempurna pada contoh
ini. Ciptaan Allah yang sempurna pun terbukti.
Sistem di Balik Gaya Dorong
Encarsia |
Tidak cukup hanya mengepakkan sayap naik
turun untuk menjaga kelancaran terbang. Sayap harus mengubah sudut-sudut selama
tiap kepakan untuk menghasilkan gaya dorong serta mengangkat tubuhnya. Sayap
memiliki kelenturan tertentu untuk berputar tergantung pada jenis serangganya.
Otot terbang utama, yang juga menghasilkan tenaga yang diperlukan untuk
terbang, mendukung kelenturan ini
Sebagai contoh, untuk terbang lebih
tinggi, otot-otot antara sambungan sayap mengerut lebih jauh untuk meningkatkan
sudut sayap. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan teknik film
berkecepatan tinggi mengungkapkan bahwa sayap meninggalkan jejak bulat lonjong
ketika terbang. Dengan kata lain, lalat tidak hanya menggerakkan sayapnya naik
dan turun, namun juga menggerakkannya dalam gerak melingkar seperti mendayung
perahu di air. Gerakan ini dimungkinkan oleh otot-otot utama tadi.
Permasalahan terbesar yang dihadapi jenis
serangga dengan tubuh kecil adalah ketidakmampuan mencapai keadaan yang
diperlukan ini. Udara bergerak seolah menghambat sayap serangga-serangga kecil
ini dan sangat mengurangi efisiensi sayap.
Karena itulah, beberapa serangga yang
ukuran sayapnya tidak lebih dari satu milimeter, harus mengepakkan sayapnya
1000 kali per detik untuk mengatasi ketidakmampuannya itu.
Para peneliti berpendapat bahwa bahkan
kecepatan ini saja tidak cukup untuk mengangkat serangga, sehingga mereka
menggunakan sistem lainnya juga.
Lalat debu memerlukan banyak energi untuk mempertahankan 1000 kepakan per detik. Energi ini diperoleh dari zat makanan kaya karbohidrat yang mereka kumpulkan dari bunga. Karena garis-garis kuning dan hitamnya serta kemiripan mereka dengan lebah, lalat ini berhasil menghindar dari perhatian banyak penyerang. |
Sebagai contoh, beberapa jenis hewan
pengganggu kecil, Encarsia, menggunakan cara yang disebut "tepuk dan
buka." Dengan cara ini, sayap-sayap tersebut ditepuk sekaligus di puncak
tekanan dan kemudian dibuka lagi. Sudut depan sayap, tempat pembuluh darah keras
berada, mula-mula memisah, yang memungkinkan aliran udara menuju wilayah
bertekanan udara di tengahnya. Aliran ini menghasilkan pusaran yang membantu
mendapatkan gaya angkat sayap yang bertepuk.9
Banyak serangga yang dapat melipat sayapnya. Sayap dapat dengan mudah dilipat dengan bantuan lempeng kitin pendukung pada pangkalnya. Angkatan Udara Amerika telah memproduksi pesawat penyusup E6B dengan sayap yang dapat dilipat setelah terilhami oleh contoh ini. Sementara lebah dan lalat dapat melipat seluruh sayapnya ke badannya, E6B hanya mampu melipat separuh sayapnya ke atas separuh bagian yang lain.
Sambungan sayap terbentuk dari suatu
protein khusus, yang disebut resilin, yang memiliki kelenturan luar biasa. Di
laboratorium, para insinyur kimia bekerja untuk menggandakan bahan kimia ini,
yang menunjukkan sifat yang jauh lebih unggul dibandingkan karet alam maupun
buatan. Resilin merupakan suatu zat yang mampu menyerap gaya yang dikenakan
padanya maupun melepaskan energi kembali begitu gaya tersebut terangkat. Dari
sudut pandang ini, efisiensi resilin mencapai nilai yang sangat tinggi, 96%.
Dengan cara ini, sekitar 85% energi yang digunakan untuk mengangkat sayap
disimpan dan digunakan kembali ketika sayap dikatupkan/terlipat lagi.11 Selaput dan otot dada juga dibuat untuk
membantu keadaan ini.
memperlihatkan bagaimana lebah itu berhasil terbang ke segala arah termasuk
naik, turun, dan dalam mendarat serta lepas landas.
[bawah]Gambar di samping memperlihatkan
kemampuan manuver dari tiga pesawat yang dianggap terbaik dalam kelompoknya.
Namun, lalat dan lebah mampu secara tiba-tiba mengubah arah ke segala penjuru
tanpa mengurangi kecepatan. Contoh ini dengan jelas menunjukkan betapa
lemahnya teknologi pesawat jet dibandingkan dengan lalat dan lebah.
|
Ada sistem khusus lain yang diciptakan
bagi serangga untuk mempertahankan posisi yang mantap di udara. Beberapa lalat
hanya memiliki sepasang sayap dan alat tubuh berbentuk melingkar di punggungnya
yang disebut halter (penyeimbang). Halter ini berdenyut seperti sayap pada
umumnya selama terbang namun tidak menghasilkan daya angkat apa pun sebagaimana
yang dihasilkan oleh sayap. Halter bergerak ketika arah terbang berubah, dan
mencegah serangga kehilangan arah. Sistem ini menyerupai penggunaan giroskop
yang digunakan untuk memandu arah penerbangan saat ini.10
Sistem Pernapasan Khusus pada Serangga
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan,
maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru
selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun
mereka bersatu menciptakannya. … Mereka tidak mengenal Allah dengan
sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.(Surat al Hajj: 73-74)
Lalat terbang pada kecepatan yang sangat
tinggi jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Capung dapat mengembara
dengan kecepatan 25 mil per jam (40 kilometer/jam). Bahkan serangga yang
lebih kecil dapat mencapai kecepatan hingga 31 mil per jam (50
kilometer/jam). Kecepatan ini sebanding dengan manusia yang melakukan
perjalanan dengan kecepatan ribuan mil per jam. Manusia hanya dapat mencapai
kecepatan ini bila menggunakan pesawat jet. Padahal, jika kita mengingat
ukuran pesawat jet jika dibandingkan dengan manusia, jelas bahwa lalat-lalat
ini sebenarnya terbang lebih cepat daripada pesawat terbang.
Pesawat jet menggunakan bahan bakar
khusus untuk menggerakkan mesin berkecepatan tingginya. Daya terbang lalat,
pun memerlukan tingkat tenaga yang tinggi. Juga dibutuhkan sejumlah besar
oksigen untuk membakar energi tersebut. Kebutuhan oksigen dalam jumlah besar
ini dipenuhi oleh sistem pernapasan yang luar biasa yang terletak di dalam
tubuh lalat dan serangga lainnya.
Sistem pernapasan ini bekerja sangat
berbeda dengan sistem pernapasan kita. Kita menghirup udara ke dalam
paru-paru. Di sini, oksigen bercampur dengan darah dan dibawa ke seluruh
tubuh oleh darah. Kebutuhan lalat akan oksigen begitu tinggi sehingga hampir
tidak ada waktu untuk menunggu oksigen dikirim ke sel-sel tubuh oleh darah.
Untuk mengatasi masalah ini, ada suatu sistem yang sangat khusus. Tabung
udara di dalam tubuh serangga mengangkut udara ke bagian-bagian berbeda dari
tubuh lalat. Seperti halnya sistem peredaran dalam tubuh, ada suatu jaringan
tabung yang canggih dan rumit (disebut sistem trakea) yang mengirim udara
yang mengandung oksigen ke tiap sel di dalam tubuh.
Berkat sistem ini, sel-sel yang
mendukung otot-otot terbang dapat mengambil oksigen secara langsung dari
tabung-tabung tersebut. Sistem ini juga membantu mendinginkan otot setelah
bekerja dengan tingkat tinggi yang setara 1000 putaran per detik.
Jelaslah sudah bahwa sistem ini merupakan
contoh penciptaan. Tidak ada proses kebetulan yang mampu menjelaskan
rancangan yang rumit ini. Mustahil pula sistem ini berkembang dalam
tahap-tahap yang dikemukakan oleh teori evolusi. Jika sistem trakea tidak
bekerja secara penuh, maka tidak akan ada tahap peralihan yang menguntungkan
makhluk tersebut, sebaliknya malah akan membahayakannya karena membuat sistem
pernapasannya tidak bekerja.
Seluruh sistem yang telah kita telaah
sejauh ini sama-sama memperlihatkan bahwa terdapat suatu rancangan yang luar
biasa bahkan hingga makhluk yang sering diabaikan seperti lalat. Setiap lalat
merupakan suatu keajaiban yang membuktikan rancangan sempurna pada ciptaan
Allah. Di sisi lain, "proses evolusi" yang dikemukakan oleh
Darwinisme jauh dari penjelasan bagaimana satu sistem pun dari seekor lalat
berkembang.
Dalam Al Qur'an, Allah
mengajak seluruh manusia untuk merenungkan kenyataan ini:
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan,
maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru
selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun
mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, tidaklah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang di sembah. (Surat Al
Hajj :73)
Cara terbang lalat rumah merupakan suatu
kejadian yang amat rumit. Pertama, lalat rumah dengan seksama memeriksa
alat-alat tubuh yang akan digunakan dalam penentuan arah terbang. Kemudian,
lalat mengambil posisi siap terbang dengan menyesuaikan alat-alat penyeimbang
di bagian depan. Terakhir, lalat memperhitungkan sudut tinggal landas, yang
tergantung pada arah dan kecepatan angin, dengan menggunakan indera
antenanya. Kemudian, lalat pun terbang. Dan hebatnya, semua ini terjadi dalam
seperseratus detik.
Oleh karena itu, kita bisa memberinya
gelar "raja terbang akrobat." Lalat dapat terbang dengan gerak
zig-zag yang luar biasa di udara. Lalat bisa lepas landas secara tegak lurus
dari tempatnya berdiri. Tak peduli betapa licin dan gelapnya permukaan, lalat
bisa berhasil mendarat di mana pun.
Ciri lain raja sihir
terbang ini adalah kemampuannya mendarat di loteng. Karena daya tarik bumi,
lalat rumah tidak dapat berpegangan dan jatuh. Akan tetapi, lalat telah diciptakan
dengan suatu sistem untuk menjadikan yang mustahil itu menjadi mungkin. Di
ujung kaki-kakinya, ada bantalan sedot yang amat kecil. Di samping itu,
bantalan ini menyebarkan cairan lengket ketika bersentuhan dengan suatu
permukaan. Cairan lengket ini memungkinkannya tetap menempel ke loteng.
Ketika mendekati loteng, lalat meregang kaki-kakinya ke depan dan segera
ketika lalat merasakan sentuhan loteng, lalat pun terjun dan mencengkeram
permukaan loteng. Lalat mempunyai dua buah sayap. Sayap-sayap ini, yang
menyatu dengan tubuhnya di bagian tengah dan terdiri atas selaput yang amat
tipis yang dipotong oleh pembuluh-pembuluh darah, bisa digerakkan secara
terpisah satu sama lain. Akan tetapi, ketika terbang sayap-sayap tersebut
bergerak maju mundur pada satu sumbu seperti halnya pesawat bersayap tunggal.
Otot-ototnya yang memungkinkan pergerakan sayap-sayap itu mengerut saat lepas
landas dan mengendur saat mendarat. Meskipun dikendalikan oleh saraf-saraf di
awal penerbangan, otot-otot dan gerakan sayap ini menjadi bergerak sendiri
tak lama setelahnya.
Sensor-sensor di bawah
sayap dan di belakang kepalanya mengirimkan informasi tentang penerbangannya
segera ke otaknya. Jika lalat rumah menghadapi aliran udara baru selama
terbang, sensor-sensor ini segera mengirimkan sinyal-sinyal yang diperlukan
otak. Otot-ototnya pun mulai mengarahkan sayap-sayap menurut keadaan baru
tersebut. Itulah mengapa seekor lalat dapat menentukan serangga lain yang
menciptakan aliran udara itu dan seringkali selalu bisa lari mengamankan
diri. Lalat rumah menggerakkan sayap-sayapnya seratus kali dalam sedetik.
Energi yang dikeluarkan selama terbang kira-kira seratus kali dari yang
digunakan saat istirahat. Dari sudut pandang ini, kita bisa mengatakan bahwa
lalat adalah makhluk yang sangat kuat karena metabolisme tubuh manusia hanya
bisa menggunakan sepuluh kali energinya dalam keadan darurat jika
dibandingkan keadaan hidup yang biasa. Di samping itu, manusia bisa
mempertahankan pembebasan energi ini paling banyak hanya beberapa menit. Sebaliknya,
lalat dapat mempertahankan irama itu hingga setengah jam dan bisa terbang
hingga satu mil dengan kecepatan yang sama.12
Catatan kaki :
4. Robin J. Wootton, "The Mechanical Design of Insect Wings", Scientific
American, Volume 263, November 1990, page 120.
5. Pierre Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.30 6. "Exploring The Evolution of Vertical Flight at The Speed of Light", Discover, October 1984, pp. 44-45. 7. Ali Demirsoy, Yasamin Temel Kurallari (Basic Fundamentals of Life), Ankara, Meteksan AS., Volume II, Section II, 1992, p. 737. 8. Bilim ve Teknik Görsel Bilim ve Teknik Ansiklopedisi (Encyclopedia of Science and Technology), Istanbul, Görsel Publications, p. 2676. 9. Bilim ve Teknik Görsel Bilim ve Teknik Ansiklopedisi (Encyclopedia of Science and Technology) p. 2679. 10. Smith Atkinson, Insects, London, Research Press, Volume I, 1989, p. 246. 11. Bilim ve Teknik Görsel Bilim ve Teknik Ansiklopedisi (Encyclopedia of Science and Technology), p. 2678. 12. Dieter Schweiger, "Die Fliegen", GEO, April 1993, pp. 66-82.
© Harun Yahya Internasional 2004.
Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini info@harunyahya.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar