Kamis, 06 Februari 2014

Pohon Terus Tumbuh, Namun Seberapa Jangkung?

Dalam sebuah kajian tentang pohon-pohon terjangkung di dunia, para peneliti dari Northern Arizona University telah menyingkapkan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan pohon. (1,2)
Ada penciptaan yang nyata pada pohon.  Sel-sel yang menyusun pohon tertata sedemikian agar membentuk akar, batang, kulit kayu, buluh air, cabang, dan daun.  Sel-sel itu membentuk bagian-bagian yang membuat pohon bertahan hidup dengan melakukan fungsi-fungsi penting, dan ada suatu pembagian kerja yang tertata dan terencana di antara bagian-bagian itu.

Di samping itu, sebatang pohon menyerupai sebuah pabrik kimia raksasa.  Proses-proses kimia yang sangat rumit dijalankan dengan menimbang urut-urutan yang tanpa cela.  Ada bukti bahwa organ-organ yang menjalankan proses-proses ini melakukan perhitungan bagaikan seperangkat komputer.

Salah satu fakta yang paling mencolok adalah bahwa informasi tentang susunan dan sistem ini dimasukkan ke dalam DNA pohon, ketika masih berupa benih kecil bulat.  Benih menaati perintah-perintah yang dimuat ke dalam DNA-nya, dan berubah menjadi sebuah struktur raksasa yang tak sesuatu pun dapat menyainginya dalam hal penampakan dan ukuran.  Cara sebutir benih menyeruakkan akar dan berubah menjadi sebatang pohon setelah terdampar di tanah dan sedikit dilembabkan, merupakan suatu tanda nyata penciptaan Allah yang tiada cacatnya. 
Cara pertumbuhan pada mahluk hidup yang menakjubkan ini berhenti setelah suatu titik tertentu adalah bagian dari keseimbangan yang diciptakan di Bumi oleh Allah.  Jika sel-sel yang menyusun sebuah pohon mesti terus tumbuh secara tak terkendali, maka akibat-akibat mungkin timbul yang akan membawa akhir bagi kehidupan di Bumi.

Para ilmuwan yang meneliti faktor-faktor yang menentukan berapa banyak pohon dapat tumbuh melakukan sebuah kajian yang paling menakjubkan tentang pohon-pohon terjangkung di dunia.  Dengan memanjat puncak pohon lebih dari 100 meter tingginya, para peneliti mencari kunci tentang faktor-faktor ini dengan melakukan pengukuran-pengukuran.
Mereka memelajari lima pohon terjangkung dunia, termasuk pohon kayu merah (Sequia sempervirens) setinggi 112,7 meter yang memegang gelar pohon terjangkung sedunia.  Pohon setinggi itu sama dengan gedung 30 tingkat.

Sebelumnya, para ilmuwan berpikir bahwa faktor utama yang menentukan tinggi sebuah pohon terletak pada tekanan mekanis ketinggian.  Akan tetapi, disadari bahwa pohon memiliki struktur yang sangat kokoh yang sedemikian sehingga dapat mengatasi tegangan ini.  Ini mendorong ke penelitian yang terpusat pada daya angkat air.  Dalam penelitian tersebut, yang dilakukan sebuah kelompok yang dipimpin George Koch, ahli ekologi Northern Arizona University, sejumlah temuan pada alur berpikir ini diperoleh.  Penelitian-penelitian yang dijalankan oleh para ilmuwan di sebuah lingkungan alamiah dan di bawah keadaan laboratorium ini menyingkapkan bahwa kendali utama bagi ketinggian pohon maksimum sesungguhnya adalah pasokan air ke puncak pohon.

Air mencapai puncak pohon dengan cara transpirasi, dengan kata lain, dengan menguap lewat pori-pori di permukaan dedaunan.  Transpirasi membawa air ke dalam tumbuhan lewat akar, dan naik ke puncak lewat sel-sel penyalur air dari jaringan xilem.  Gerakan air ini mengatasi gaya gravitasi dan gesekan, dan air terus naik ke atas dalam bentuk sebuah buluh (kolom).  Karena gaya gravitasi dan gesekan yang melawan gerakan air itu paling besar di puncak pohon, gaya yang mendorong air ke atas juga mencapai tingkat tertingginya di sana.  Buluh-buluh air mampu mengatasi tegangan ini hingga suatu ambang pecah (fragmentasi).  Yakni, suatu titik di mana gelembung muncul pada buluh air dan menghentikannya.  Keadaan ini dikenal di kalangan ahli tumbuhan sebagai “embolisme”.

Koch dan para sejawatnya mengukur tegangan tertinggi buluh air pada puncak-puncak pohon-pohon kayu merah terjangkung.  Pengukuran ini menyingkapkan bahwa teganan tertinggi dekat dengan titik embolisme.  Pada saat yang sama, tingkat tegangan ini juga sebuah faktor yang mengendalikan seberapa jangkung pohon akan tumbuh.  Tiga faktor lain yang menentukan ketinggian pohon juga tersingkap dalam penelitian itu. 
Air yang mencapai daun-daun di puncak pohon biasanya akan memiliki pengaruh menyembur pada pertumbuhan sel.  Akan tetapi, bertambahnya pengaruh gravitasi dan gesekan pada puncak pohon mengurangi daya alir air, sehingga membuat sel-sel di puncak kecil dan berdinding tebal.  Akibatnya, dedaunan pada puncak pohon juga kecil dan padat.  Kepadatan daun mencapai tingkat tertingginya di puncak pohon kayu merah.  Ini menunjukkan bahwa perkembangan pohon hingga rentang tertentu tertahan.  Maka, kepadatan daun di puncak pohon mewakili faktor kedua yang mengendalikan ketinggian. 
Dedaunan yang kecil dan tebal di puncak pohon juga mengurangi fotosintensis yang dijalankan pada daerah ini.  Pengaruh ini, yang menurunkan produktifitas fotosintesis, dikenali sebagai faktor ketiga yang menentukan ketinggian pohon. 
Koch dan kelompoknya juga menetapkan bahwa tingkat CO2 pada dedaunan yang 100 meter tingginya adalah tingkat terendah yang teramati pada kadar CO2 atmosfer sekeliling.  Ini membentuk faktor keempat: keterbatasan penyerapan CO2 yang terjadi lewat pori-pori daun. 
Berdasarkan pada keempat faktor fisiologis ini, para ilmuwan mencoba menghitung ketinggian maksimum yang dengannya pohon dapat tumbuh.  Hasilnya, mereka menyingkapkan bahwa pohon-pohon dapat mencapai ketinggian maksimum antara 122 dan 130 meter.  Pengamatan-pengamatan bahwa pohon-pohon tumbuh rata-rata seperempat meter setahun mendukung lebih jauh pemikiran ini. 

Faktor-faktor penghambat yang tersingkap dalam penelitian ini demikian penting bagi keseimbangan ekologis.  Sebagai rangkuman, fakta-fakta bahwa: 
 “Air yang naik melawan gaya-gaya gravitasi dan gesekan tidak dapat melewati suatu tingkat tertentu,”
“Dedaunan tumbuh lebih kecil dan lebih padat,”
“Ada pengurangan produktifitas fotosintesis, dan”
“Serapan CO2 yang diperlukan dalam fotosintesis merosot hingga ke minimum,”
berarti bahwa pohon dihalangi dari tumbuh melewati suatu titik tertentu.  Dengan cara ini, keseimbangan alamiah yang terwujudkan oleh pengaruh saling bantu sejumlah faktor-faktor hidup dan tak-hidup tidak terancam oleh pertumbuhan pohon yang tak terkendali.  Dengan memandang dari sudut ini, penelitian ini membentuk contoh terakhir bagaimana proses-proses kehidupan pada mahluk hidup mendukung keseimbangan luas di alam, dan betapa sempurnanya semua ini telah diatur.  Tiada keraguan bahwa tiap-tiap faktor ini adalah sebuah sebab yang mewujud atas kehendak Allah.  Setiap tahap, dari mengecambahnya benih, benih menjadi semak, dan semak menjadi pohon, dan pohon tumbuh hingga ia berhenti, terjadi di bawah kendali Allah Mahakuasa.  Setiap tahap dalam kehidupan pohon, setiap kegiatan yang berkaitan dengan biologinya, adalah perwujudan dari kekuasaan Allah yang tanpa batas. 

Dalam satu ayat Al Qur'an, Allah berfirman: 

“Dan Allah telah meninggikan langit dan meletakkan neraca (keseimbangan).”  (QS Ar Rahman, 55:7)


NOTES
1 Ian Woodward, "Plant science: Tall storeys" Nature 428, 22 April 2004, hal. 807 - 808
2 George W. Koch, Stephen C. Sillett, Gregory M. Jennings & Stephen D. Davis, "The limits to tree height", Nature 428, 22 April 2004, hal. 851 - 854
 

Dari buku Eletronik Harun Yahya

Senin, 28 Oktober 2013

IBUKU TERCINTA


Ibu ... aku berhutang padamu
engkau merawatku sejak kecil
dan tiada pernah engkau mengeluh
sungguh jasa mu luarbiasa
engkau adalah anugrah terindah
anugrah terindah dalam hidupku

kau pelita dalam hidupku
kau semangat hidupku
engkau penopang hidupku
meskipun jarak memisahkan kita
pasti engkau selalu dihatiku
engkau menyayangiku dengan tulus
sungguh engkau adalah anugrah terindah
yang Allah berikan padaku

oleh : miftah
VII B


Selasa, 21 Mei 2013

KEAJAIBAN DESAIN ALAM


Keajaiban Rancangan pada Kemampuan Terbang Serangga

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat al Hasyr: 24)

Jika masalah penerbangan direnungkan, burung segera terlintas dalam pikiran. Namun, burung bukanlah satu-satunya makhluk yang dapat terbang. Beberapa jenis serangga juga dilengkapi dengan kemampuan terbang yang melebihi kemampuan burung. Kupu-kupu Raja dapat terbang dari Amerika Utara hingga ke pedalaman Benua Amerika. Lalat dan capung bahkan dapat tetap diam di udara.
Para evolusionis menyatakan bahwa serangga mulai terbang sejak 300 juta tahun yang lalu. Meski demikian, mereka tidak mampu memberikan jawaban tuntas terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti: bagaimana caranya serangga pertama membentuk sayap-sayapnya, memulai terbang, dan bisa diam di udara?
Evolusionis hanya menyatakan bahwa beberapa lapis kulit tubuhnya mungkin telah berubah menjadi sayap. Sadar akan tidak meyakinkannya pernyataan mereka, mereka juga menyatakan bahwa contoh bentuk-bentuk fosil yang menguatkan penilaian ini tidak tersedia lagi.
Padahal, rancangan sempurna pada sayap serangga tidak meninggalkan ruang bagi kejadian kebetulan. Dalam artikel berjudul "The Mechanical Design of Insect Wings (Rancang Gerak Sayap Serangga)," Ahli biologi Inggris Robin Wootton menulis:
Makin baik kita memahami guna sayap-sayap serangga, makin canggih dan indah rancangannya terlihat… Bentuk-bentuknya umumnya dirancang dengan cacat sekecil mungkin; cara kerjanya dirancang untuk menggerakkan bagian-bagian rancangannya dengan cara yang terencana. Sayap-sayap serangga menggabungkan kedua hal ini menjadi satu, dengan menggunakan bagian-bagian rancangan dari beragam bahan lentur, yang terangkai secara sempurna untuk memungkinkan perubahan bentuk dalam menanggapi kekuatan yang tepat dan untuk menghasilkan pemanfaatan udara sebaik mungkin. Mereka malah sudah lebih dahulu mempunyainya, jika memang ada kesesuaiannya dengan teknologi.4
Di sisi lain, tak ada satu bukti fosil pun untuk khayalan evolusi serangga. Inilah yang disebutkan oleh pakar ilmu hewan Prancis yang terkenal Pierre Paul Grassé ketika beliau menyatakan, "Kita berada dalam kegelapan ketika membahas asal mula serangga."5 Sekarang mari kita teliti beberapa keistimewaan yang menarik dari makhluk-makhluk ini yang meninggalkan para evolusionis di dalam gelap gulita.