Selasa, 11 Desember 2012

Kenapa Nabi Isa Di Juluki Al Masih ?


Tidak diragukan lagi, bahwa nama aslinya adalah Isa. Nama itulah yang disebutkan dalam al-Quran seperti dalam ayat :


Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,09

Senin, 10 Desember 2012

Sifat Yang Terpuji Menurut Al-Quran


Di dalam Al-Qur`an, Allah memaparkan dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi, dan pola pikir khas orang-orang beriman. Perasaan takut kepada Allah yang menghunjam di dalam kalbu mereka, keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah goyah untuk mendapatkan ridha-Nya, kepercayaan yang mereka gantungkan kepada Allah, seperti juga keterikatan, keteguhan, ketergantungan, dan banyak lagi kualitas superior serupa, semuanya disuguhkan Al-Qur`an. Lebih jauh, di dalam Kitab-Nya, Allah menyanjung kualitas-kualitas moral semacam itu, seperti keadilan, kasih sayang, rendah hati, sederhana, keteguhan hati, penyerahan diri secara total kepada-Nya, serta menghindari ucapan tak berguna.
Seiring dengan penyajian rinci tentang orang beriman model ini, Al-Qur`an juga bertutur mengenai kehidupan orang-orang beriman pada masa dahulu dan bercerita kepada kita bagaimana mereka berdo'a, berperilaku, berbicara, baik di kalangan mereka sendiri maupun dengan orang-orang lain di luar mereka, dan dalam menanggapi berbagai peristiwa. Melalui perumpamaan ini, Allah menarik perhatian kita kepada sikap dan perbuatan yang disenangi-Nya.
Titik pandang sebuah masyarakat yang jauh dari moralitas Al-Qur`an (masyarakat jahiliyah) terhadap tingkah laku yang secara sosial bisa diterima bisa saja berubah, sesuai dengan tahapan waktu, suasana, budaya, peristiwa-peristiwa, dan manusianya sendiri. Akan tetapi, perilaku dari mereka yang kokoh berpegang pada ketetapan hukum Al-Qur`an tetap tak tergoyahkan oleh adanya perubahan kondisi, waktu, dan tempat. Seseorang yang beriman senantiasa tunduk-patuh kepada perintah dan peringatan Al-Qur`an. Karena itulah, ia mencerminkan akhlaq terpuji.
Pada bagian ini, akan kami perlihatkan sejumlah contoh perilaku yang layak mendapat penghargaan sesuai penilaian Allah. Akan tetapi, kami tidak menguraikan semua kualitas perilaku terpuji dari orang-orang beriman yang secara panjang lebar telah terteradalam Al-Qur`an. Kami hanya memfokuskan perhatian pada moralitas terpuji yang masih terselubung dengan segala keagungan-keagungannya yang terpendam.

Keindahan Dalam Kehidupan


Apakah Anda menyadari keindahan-keindahan yang dipaparkan Al-Qur`an? Apakah Anda mempelajari fakta-fakta yang tertera dalam Al-Qur`an yang Allah turunkan kepada Anda sebagai pedoman hidup?
Al-Qur`an menjelaskan kepada kita tentang latar belakang kehadiran umat manusia di muka bumi dan bagaimana seharusnya mereka hidup, sehingga kehidupan itu sesuai dengan maksud penciptaan tersebut. Al-Qur`an menjelaskan kewajiban kita kepada Allah dan bagaimana kita akan diberi pahala sesuai dengan amal perbuatan kita. Al-Qur`an-Kitab yang Allah turunkan kepada hamba-hamba-Nya yang mengabdi dengan kasih sayang-menyeru kita pada keindahan, kebenaran, kesucian, dan kebahagiaan abadi. Kualitas kesempurnaan Al-Qur`an ini terdapat dalam banyak ayat,
"Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf [12]: 111)
"Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." (al-Baqarah [2]: 2)

PIKIR DAN DZIKIR


Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Pikir dan Dzikir, adakah hubungannya dalam beramal ?
Menurut saya, berpikir artinya memberikan peranan kepada akal agar menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan, sedangkan berdzikir artinya memberikan peranan kepada akal untuk mengingat hasil pikir yang dia lakukan.
Pikir dan dzikir adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam hidup dan kehidupan ini, seorang siswa yang belajar bisa disebut juga sedang melakukan pikir dan dzikir, dalam hal ini memikirkan dan mengingat semua pelajaran yang ia terima. Demikian pula misalnya saat kita mengendarai kendaraan dijalan raya yang ramai, maka kita dituntut untuk berpikir bagaimana caranya agar tidak celaka atau salah jalan sehingga mencelakakan diri kita sendiri, dan dalam saat bersamaan kitapun dituntut untuk melakukan dzikir atau mengingat mana yang harus dilakukan saat itu.
Dari analogi diatas, menurut saya adalah jelas sekali hubungannya antara pikir dan dzikir dalam beramal. Sebab bila kita salah dalam berpikir, maka bisa dipastikan juga kitapun akan salah dalam berdzikir, dan amalnyapun akan salah atau sia-sia.
Wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad adalah perintah agar berpikir dan berdzikir.

Selasa, 31 Juli 2012

Metodologi Studi AL-Qur’an



Sesuai dengan nama-namanya, al-Qur’an mempunyai fungsi-fungsi sebagai al-huda (petunjuk), al-furqan (pemisah), al-syifa (penyembuh), dan al-mau izbah (nasehat), bagi orang-orang yang beriman. 


Seluruh umat Islam sepakat bahwa al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama al-slam. Dalam arti, ia dijadikan sumber dari segala sumber hukum bagi umat Islam, al-Qur’an mempunyai spesifikasi baik isi menjadi pedoman yang bersifat abadi (eternal), menyeluruh lingkup isinya (komprehensif), dan untuk umum keberlakuannya (universal). Dalam menyampaikan isinya, menurut Fazlurrahman, al-Qur’an memberikan apa yang ia sebut ide moral (pesan etik) untuk semua kehidupan. 



Kuniversalan al-Qur’an juga mengandung nilai-nilai serta norma-norma. Nilai berarti inti suatu ajaran yang bersifat fundamental dan universal, seperti nilai keadilan dan kejujuran. Untuk mencapai keadilan, perlu norma-norma yang berlaku adil, ancaman, kezaliman dan ketidak adilan. Statemen-statemen nash yang mengandung norma-norma sangat banyak dan bervariasi bentuk penuturannya sesuai dengan kebutuhan serta kondisi, baik kondisi manusia dan kulturnya. 



Sikap dan gaya penuturan al-Qur’an yang demikian arif dan dialogis dalam menghadapi manusia adalah suatu kehebatan (ijaz) yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Baqarah dan as-Syura. Bahwa, ketika para pemimpin, sastrawan dan ahli syair mencoba membuat syair dan tulisan-tulisan ternyata tidak satupun dari mereka mampu menyamai al-Qur’an. Hal tersebut diakui pula oleh beberapa sarjana Barat yang meneliti sastra dan isi al-Qur’an. Buatan manusia sebagai yang pernah dituduhkan oleh sebagian kalangan mereka. 



Ayat-ayat al-Qur’an yang menyampaikan pesannya bersifat umum seperti disinggung diatas, selanjutnya untuk pelaksanaan pedoman-pedomannya membutuhkan perincian dan tafsiran, seperti hal ini dilakukan oleh Rasulullah dengan hadits-haditsnya yang berfungsi sebagai penjelas al-Qur’an. 



Seperti yang kita lihat dalam sejarah perkembangan ilmu agama dan al-Qur’an, banyak ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh para ilmuwan Muslim yang digali dari sumber al-Qur’an. Yaitu ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk menstudi al-Qur’an yang tidak dipergunakan sebagai alat untuk menafsirkan al-Qur’an. Yang kedua ini biasa disebut ulum al-Qur’an dalam arti luas, seperti ilmu-ilmu atau teori-teori yang secara langsung dibangun atas dasar ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian dimasukkan ke dalam lingkup ilmu tertentu seperti kalam, fikih tasawuf dan lain-lain.