Selasa, 31 Juli 2012

Metodologi Studi AL-Qur’an



Sesuai dengan nama-namanya, al-Qur’an mempunyai fungsi-fungsi sebagai al-huda (petunjuk), al-furqan (pemisah), al-syifa (penyembuh), dan al-mau izbah (nasehat), bagi orang-orang yang beriman. 


Seluruh umat Islam sepakat bahwa al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama al-slam. Dalam arti, ia dijadikan sumber dari segala sumber hukum bagi umat Islam, al-Qur’an mempunyai spesifikasi baik isi menjadi pedoman yang bersifat abadi (eternal), menyeluruh lingkup isinya (komprehensif), dan untuk umum keberlakuannya (universal). Dalam menyampaikan isinya, menurut Fazlurrahman, al-Qur’an memberikan apa yang ia sebut ide moral (pesan etik) untuk semua kehidupan. 



Kuniversalan al-Qur’an juga mengandung nilai-nilai serta norma-norma. Nilai berarti inti suatu ajaran yang bersifat fundamental dan universal, seperti nilai keadilan dan kejujuran. Untuk mencapai keadilan, perlu norma-norma yang berlaku adil, ancaman, kezaliman dan ketidak adilan. Statemen-statemen nash yang mengandung norma-norma sangat banyak dan bervariasi bentuk penuturannya sesuai dengan kebutuhan serta kondisi, baik kondisi manusia dan kulturnya. 



Sikap dan gaya penuturan al-Qur’an yang demikian arif dan dialogis dalam menghadapi manusia adalah suatu kehebatan (ijaz) yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Baqarah dan as-Syura. Bahwa, ketika para pemimpin, sastrawan dan ahli syair mencoba membuat syair dan tulisan-tulisan ternyata tidak satupun dari mereka mampu menyamai al-Qur’an. Hal tersebut diakui pula oleh beberapa sarjana Barat yang meneliti sastra dan isi al-Qur’an. Buatan manusia sebagai yang pernah dituduhkan oleh sebagian kalangan mereka. 



Ayat-ayat al-Qur’an yang menyampaikan pesannya bersifat umum seperti disinggung diatas, selanjutnya untuk pelaksanaan pedoman-pedomannya membutuhkan perincian dan tafsiran, seperti hal ini dilakukan oleh Rasulullah dengan hadits-haditsnya yang berfungsi sebagai penjelas al-Qur’an. 



Seperti yang kita lihat dalam sejarah perkembangan ilmu agama dan al-Qur’an, banyak ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh para ilmuwan Muslim yang digali dari sumber al-Qur’an. Yaitu ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk menstudi al-Qur’an yang tidak dipergunakan sebagai alat untuk menafsirkan al-Qur’an. Yang kedua ini biasa disebut ulum al-Qur’an dalam arti luas, seperti ilmu-ilmu atau teori-teori yang secara langsung dibangun atas dasar ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian dimasukkan ke dalam lingkup ilmu tertentu seperti kalam, fikih tasawuf dan lain-lain. 




Untuk menstudi al-Qur’an, sebagai objek studi Islam, diperlukan minimal seperangkat ilmu-ilmu yang pernah ditemukan oleh para ilmuwan Muslim. Ilmu-ilmu tersebut menjadi cabang ilmu-ilmu Al-Qur’an yang kemudian disebut ilmu tafsir. Untuk lebih jelas, berikut disampaikan beberapa cabang ilmu-ilmu al-Qur’an tersebut (lihat Qaththan, 1973). 



1. Ilmu Asbab Nuzul



Ilmu ini membahas sebab-sebab diturunkan suatu ayat al-Qur’an. Apa yang melatarbelakangi sehingga suatu ayat diturunkan. Memang tidak semua ayat diturunkan berdasarkan sebab langsung yang melatarbelakanginya, tetapi ayat-ayat, khususnya menyangkut hukum-hukum publik, biasanya didahului oleh suatu peristiwa. 



Bahasan-bahasan yang dapat dikelompokkan ke dalam ilmu asbab nuzul ini adalah, perhatian para ulama terhadap penelitian sebab-sebab turun ayat; dasar-dasar penelitian asbab nuzul; berbagai rumusan tentang sebab-sebab turun ayat; ayat-ayat mana yang turun paling awal dan sumbernya; serta, manfaat yang diperoleh dalam studi asbab nuzul dalam menafsirkan al-Qur’an. 



Mengetahui sebab nuzul sangat penting. Pertama, pestudi akan mengetahui pesan awal yang sebenarnya dan atau motif suatu ayat. Dapat dipergunakan untuk menganalisis bahasa ayat sehingga disimpulkan apakah ayat tersebut bermakna umum atau khusus. 



2. Ilmu Makki-Madani Ilmu ini membahas tempat dimana ayat-ayat al-Qur’an diturunkan, apakah di Madinah ataupun di Makkah. Manfaat membelajarinya, antara lain seorang mussafir tidak salah dalam menangkap semangat ayat yang diturunkan di dua tempat tersebut, sebab kedua tempat itu mempunyai perbedaan problem sosial dan keagamaan. 3. Ilmu Taarikh Al-Qur’an Ilmu ini membahas sejarah al-Qur’an, mulai dari turun, ditulis dan dikumpulkan, dan berkembangnya dari waktu ke waktu hingga sekarang. Mengetahui sejarah al-Qur’an akan membantu seorang mufassir atau penstudi al-Qur’an untuk lebih jeli terhadap kemungkinan-kemungkinan kesalahan dan penyalahgunaan al-Qur’an. Termasuk mengetahui pendapat-pendapat umum yang berkembang tentang al-Qur’an, dan khususnya penyalahartian isi-isi al-Qur’an. Hal lain, seorang penstudi akan mengetahui secara tepat bahwa semula terdapat berbagai versi bacaan al-Qur’an, tetapi setelah adanya prakarsa khalifah Usman bin Affan, maka versi-versi itu dapat dipersatukan melalui apa yang kemudian disebut Mushhaf Ustmani itu. Mengetahui hal terakhir ini sangatlah penting untuk mengetahui arti yang sebenarnya dari suatu kata dalam ayat. 4. Ilmu Lughah wal Qira’ah Ilmu ini merupakan gabungan dari hasil-hasil kajian tentang bahasa al-Qur’an dan cara-cara membacanya. Mengetahui secara khusus seluk beluk bahasa al-Qur’an dan cara membacanya akan membantu muffasir atau mereka yang mengadakan studi tanggal al-Qur’an untuk mengetahui kesalahan-kesalahan arti yang mungkin terjadi karena bacaan yang salah dan dialek yang berbeda. 5. Ilmu Qawaid Al- Tafsir Ilmu ini memuat kaidah-kaidah untuk menafsirkan al-Qur’an. Kaidah-kaidah dimaksud adalah kaidah-kaidah kebahasan dan ushul yang relevan untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. Mengetahui kaidah-kaidah ushul dan lughah semacam ini sangat diperlukan bagi para mufassir al-Qur’an. Pengetahuan ini dapat membantu mufassir untuk mengetahui maksud kebahasan sesuai dengan yang dikehendaki oleh ayat. Bahkan, umumnya para mufassir klasik sangat menekankan analisisnya dengan menggunakan analisis bahasa, mereka sangat percaya bahwa pekerjaan awal yang harus dilakukan oleh para mufassir adalah mendekati ayat secara kebahasan sebelum yang lain. 6. Ilmu Gaya dan Struktur Al-Qur’an Istilah ini dipakai oleh penulis untuk menghimpun beberapa temuan para ilmuwan Muslim tentang beberapa unsur yang berkaitan dengan gaya al-Qur’an dalam mengungkap dirinya, dan unsur-unsur struktur al-Qur’an. Unsur-unsur ilmu semacam ini bersifat spesifik yang terdapat dalam al-Qur’an yang perlu diketahui oleh mufassir atau penstudi al-Qur’an. Kedua cabang ini akan membantu mereka mengetahui watak dasar serta ciri-ciri luar al-Qur’’an. Muhammad Hatta bin Teuku Hamdan Penulis adalah mahasiswa FAI, Program Ulama Tarjih (PPUT) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). [ hattaramlah@webmail.umm.ac.id ] 




alhikmah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar